". . .Selamat Datang di Portal Blog kami, silahkan menikmati untuk sekedar mampir atau membaca tulisan sederhana ini. . ."

Laman

Thursday 12 April 2012

Gosip, Kejadian, dan Solusi


Berbicara menjadi seni dalam hidup. Berbicara keluar dari ucapan pikiran, kemauan, dan komunikasi yang terdiri dari serangkaian kata-kata. Berbicara tentang politik, berbicara terhadap suatu permasalahan kekinian baik itu masalah keluarga sampai tingkatan negara. Berbicara atau bertutur juga sering digunakan sebagai langkah awal untuk menuju perubahan. Seorang salles tidak akan mungkin terjual barang-barangnya ketika orang yang menawarkan tidak bisa meyakinkan pembeli dengan konsep berbicara yang baik.


Saya teringat dengan guru politik yang selalu menemani dan memberikan nasihatnya dalam berkancah di dunia organisasi. Selama 2 tahun pendampingan, duduk bersama dan berdiskusi jadi ajang yang sangat dinanti-nantikan untuk membahas suatu problema dan pengalaman baru yang di temui dalam perjalanan berorganisasi. Tidak pernah bosan sedikitpun untuk mengadopsi dan sedikit mencuri ilmu darinya. Ada salah satu nasehat yang selalu teringat di kepala, dalam hal ini terdapat 3 level manusia:
Orang yang Bergosip. .
Ini adalah level terendah dari cara komunikasi seseorang. Bagaimana bisa hari-hari diisi dengan bergosip atau bergunjing tentang seseorang dan membicarakan sesuatu keburukan seseorang yang itu benar adanya ataupun hanya menduga-duga hal yang tidak tentu adanya. Tidak dipungkiri memang sangat nikmat sekali saat kita bergosip atau bercerita tentang keburukan orang lain. Dalam dunia organisasi dan politik hal ini akan sangat kita temui. Penjatuhan karakter dengan membuka kejelekan orang lain. Adapun bergunjing dengan menusuk atau menikung dari belakang baik itu dalam dunia kerja maupun politik. Inilah realita untuk dalam alur perjalanan dunia. Namun sayangnya lever orang yang bergosip itu tidak memiliki sebuah itikad baik untuk membangun dan menjadikan sesuatu agar lebih baik lagi.
Orang yang Membicarakan tentang Kejadian. .
Ini level kedua, masih lebih baik dari hanya sekedar bergosip. Berbeda antara membicarakan tentang kejadian dan bergosip. Benang merahnya adalah bergosip lebih condong membicarakan seseorang dan mencari-cari kesalahan yang itu belum tentu adanya maupun kondisi yang sebenarnya sedangkan membicarakan tentang kejadian seperti membicarakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan bidang yang kita geluti. Misal kita adalah seorang akademsi yang tidak bisa bermain bola namun hoby melihat pertandingan sepak bola. Setiap pagi kita melihat berita tersebut, setiap bertemu dengan orang lain kita selalu membicarakan sepak bola sedangkan kita tidak bisa bermain bola dan lebih parahnya lagi kita lupa akan identitas siapa diri kita sendiri. Bahkan kita bisa mendeskripsikan tentang berita bola secara detail namun berbicara tentang bidang yang kita geluti tidak bisa menjelaskan dengan gamblang. Ibarat seperti buah jeruk yang seharusnya isinya bisa kita nikmati tetapi malah kita hanya bisa menikmati kulitnya saja dikarenakan isinya kecil dan tidak berbobot. Inilah yang harus di rubah dari sekrang. Bukan kemudian kita adalah seorang politisi selalu brebicara politik sehingga kita menjadi seorang yang monoton, namun berbicara tentang sesuatu yang di luar bidang yang kita geluti semua ada porsinya.
Orang yang Berbicara tentang Solusi. .
Ini adalah level puncak dari seseorang yang menginginkan perubahan lebih baik dalam suatu hal. Berbicara tentang sesuatu bukan kebuntuan yang selalu ditemukan namun solusi yang selalu ditawarkan. Membicarakan kejadian bisa jadi sesuatu yang menarik namun berbicara tanpa solusi seperti tong tanpa isi berbicara nyaring namun hampa pengetahuan dan jawaban atas realita yang terjadi. Level inilah yang membedakan mana orang yang mau berkontribusi dan menginginkan kehancuran. Solusi inilah yang membedakan mana kaum gosipis maupun kaum terpelajar.
Semua ini secara konseptual tertuang pada tatanan masyarakat kita. Pada kenyataannya komunikasi juga perlu improvisasi dalam berinteraksi namun dalam porsi yang jelas. Berkomunikasi harus melihat objek yang kita temui, misal kita bertemu dengan kawan yang gila bola, untuk menyambungkan komunikasi tidak salahnya kita tau tentang sepak bola namun ketika kita berada di ruang identitas siapa diri kita maka setidaknya kita menjadi orang yang paling unggul di bidangnya. Semua butuh proses, perlahan pasti bisa mendekati impian kita pada masyarakat yang maju dalam pola pikir maupun beretika.

3 comments:

  1. kayanya lia masuk dalam level ke 2 yah :D, ribut2 trus masalah bola. antara internisti, juventini, milanisti. . solusi yg tepat dan paling idealis yaitu mendukung yang menang, itu prinsip saya.

    ReplyDelete